Sepasang Balita Dinikahkan di Binjai

Binjai –Sepasang balita dinikahkan orangtuanya, Minggu (20/3). Keduanya yaitu Julian beru Sinulingga (9 bulan) dan Sangap Siregar (2). Acara pernikahan tersebut digelar di Pasar I Sikabung-Kabung, Kecamatan Sunggal, Kota Medan.
Di bawah rindangnya juntaian pelepah daun kelapa sawit yang mengelilingi tempat tinggal pengantin wanita, kerumunan warga mengenakan kain sarung dan duduk bersila di bawah tenda biru yang dipasang di antara batang kelapa sawit. Mereka menyaksikan jalannya pernikahan adat ini. Untuk melengkapi prosesi pernikahan, dua saksi dipersiapkan. Kedua saksi yakni Ponten Sinulingga (62) dan Zailani Sinulingga (58), keduanya bolang (kakek) si pengantin. Sedangkan yang menikahkan adalah anak beru dari keluarga ayah si pengantin wanita.
Setelah segala sesuatunya dipersiapkan, prosesi pernikahan dimulai. Tapi sebelumnya biaya dan mahar harus diungkapkan.
“Uang antarannya Rp300 ribu, uang saksi Rp20 ribu, yakni satu orang Rp10 ribu. Sedangkan maharnya atau mas kawinya Rp58 ribu. Itulah biayanya,” terang Ponten Sinulingga.
Tak menunggu lama, acara pun selesai. Sebagai rasa syukur, keluarga menyediakan makan siang.
Ponten Sinulingga yang ditemui wartawandi sela-sela acara menerangkan, keluarganya telah dua kali melangsungkan pernikahan adat seperti ini.
“Sekitar delapan bulan lalu, kita juga buat acara seperti ini,” katanya diamini Zailani Sinulingga.
Lanjut Ponten, apa yang dilakukan keluarganya saat ini merupakan warisan leluhur dan tidak sembarangan dilakukan.
“Artinya ada hal-hal yang memang mengharuskan dilakukannya perkawinan tadi,” sebutnya.
Diceritakan Ponten, pernikahan ini berawal dari seringnya si pengantin pria sakit.
“Dari mulai usia satu bulan, Sangap (pengantin laki-laki, red) sakit-sakitan. Bahkan setiap minggu, tiga kali keluar masuk rumah sakit. Entah sudah berapa puluh juta rupiah uang dihabiskan untuk mengobatinya, tapi tetap saja kesehatannya tak membaik. Hal ini terus berlangsung hingga Sangap menginjak usia dua tahun lebih,” akunya seraya menyebut ibu Sangap, Ratnadewi br Sinulingga adalah putrinya.
“Mama Sangap ini anakku. Mereka tinggal di Jalan Selar, Kelurahan Belawan Bahagia, Belawan,” kata Ponten.
Nah, karena kondisi kesehatan Sangap memburuk, oleh keluarga Sangap dibawa berobat secara tradisional.
“Karena tak tahu lagi mau berobat ke mana, akhirnya Sangap dibawa berobat ke tempat bolang-nya, Zailani Sinulingga ini,” ujar Ponten.
Sejak diobati bolang-nya, kesehatan Sangap membaik. Belakangan, hasil olah batin yang dilakukan Zailani, diketahui semangat hidup Sangap akan tumbuh bila dinikahkan dengan saudara ibunya.
“Malah nama Sangap yang sebelumnya M Ridho Alfarizi harus diganti karena nama tersebut tidak cocok,” ujar Andreas Sinulingga (33), ayah Julian, yang tak lain saudara kandung ibu Sangap.
Rencana menikahkan Sangap dengan Julian pun ditentukan.
“Ini bisa dibilang kawin gantung. Sebab masing-masing anak ini nantinya bisa membuat pilihan sendiri. Artinya tidak harus menikah dengan pasangannya sekarang. Tapi dengan catatan, bila salah satunya menikah harus membayar denda mahar kepada pasangan yang satu lagi,” sebutnya.
“Kalau yang menikah lebih dulu bila dewasa nanti yang perempuan, maka dia harus membayar denda dua kali lipat mahar kepada si laki-laki. Begitu juga sebaliknya. Memang belum ada kejadian pasangan balita ini jadi sampai mereka dewasa,” tambah Ponten.
Sedangkan Sori Bangun Siregar (46), ayah Sangap mengaku senang atas pernikahan anaknya.
“Yang jelas sejak diobati sama bolang itu, anakku sehat. Sekarang sudah nggak pernah lagi ke rumah sakit. Kalau tidak, seminggu tiga kali wajib,” akunya.
“Kalau hal kayak gini sudah biasa sama kami orang Karo, jadi bukan suatu keganjilan,” timpal Dewi, istri Sori Bangun Siregar.
Sementara Andreas mengaku senang melihat Sangap sudah sehat.
“Yang memberikan nama Sangap itu aku. Sebelumnya namanya M Rido Alfarizi. Waktu berusia beberapa bulan, aku sudah bilang sama kakak (ibunya Sangap, red) kalau nama anaknya itu terlalu berat, dan si anak tidak sanggup membawa nama tadi. Tapi kakakku bandel. Malah sangkin kesalnya, aku sempat bilang, nanti ‘kau minta tolong juga sama aku akhirnya’, dan sekarang terbukti,” ungkap Andreas tersenyum.
Zailani Sinulingga yang ditemui mengaku hal-hal seperti itu memang di luar logika. “Kalau kita cerita logika, ya nggak logika rasanya gara-gara tukar nama bisa sehat. Tapi ya begitulah, semua ini merupakan adat suku Karo. Jadi dengan perkawinan kedua balita ini, diharapkan keduanya sehat-sehat selalu, murah rezeki, dan terlindung dari segala marabahaya,” sebutnya.
“Kalau dijelaskan kenapa bisa seperti ini, sulit dijelaskan. Sebab berhubungan dengan alam yang tak nampak. Artinya yang kita tanya, semangat hidupnya si anak itu. Dan waktu itu anak ini (Sangap, red) meminta dinikahkan dengan saudaranya, makanya kita buat seperti ini. Jadi tak sembarangan semua anak bisa dinikahkan. Kalau misalnya tak kita kabulkan, si anak mengancam akan meninggalkan kita (meninggal dunia, red),” pungkas Zailani. (Metro/wis/pmg)

Satu pemikiran pada “Sepasang Balita Dinikahkan di Binjai

  1. I would like to thank you for the efforts you’ve put in writing this site. I’m hoping the same high-grade web site post from you in the upcoming as well. In fact your creative writing abilities has inspired me to get my own website now. Really the blogging is spreading its wings rapidly. Your write up is a good example of it.

    Suka

Berikan Saran dan Informasi anda di Situs Nababan ini ....terimakasih

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.