Martonun Harus dari Hati, Serius dan Teliti

TonunBalige  –  Martonun (bertenun), salah satu seni tradisional Batak yang dilakukan oleh kaum perempuan tanpa ada unsur ritual. Pengrajin (partonun) ulos mengaku, dalam bertenun harus dilakukan dari hati. Dibutuhkan keseriusan dan ketelitian. Bila tidak, maka profesi itu akan terasa membosankan.

Bagaimana tidak, menjadi seorang penenun harus bergelut dengan ratusan benang yang secara bergantian dilakukan kedua jari tangannya untuk membuat sehelai ulos. Demikian diakui, seorang penenun di UD Parna Ulos saat membuat Ulos Ragihotang di Balige baru-baru ini.

Meski sudah melakoni profesi itu setahun ini, ia mengaku belum benar-benar paham untuk membuat berbagai jenis ulos. Setiap jenis ulos berbeda motif. Semakin banyak motifnya, maka semakin rumit mengerjakannya. Waktu pengerjaannya pun akan semakain lama.

“Baru membuat Ulos Ragihotang ini yang saya pahami, karena motifnya tidak terlalu rumit. Kalau untuk membuat Ulos Sadum yang motifnya banyak, saya belum mampu,” ujarnya.

Sepintas, sebutnya, membuat ulos cukup gampang. Namun bila diperhatikan lebih detail, pekerjaan itu cukup rumit. Bayangkan saja, ribuan helai benang bermacam warna harus dipadu satu per satu menjadi ulos dengan motif beragam.

Ia belajar menenun hanya dalam 2 hari dari senior ditempatnya bekerja. Hal itu karena keseriusan. “Bila tidak, maka sampai berbulan-bulan pun tidak akan paham,” katanya.

Saat bertenun, Dora, gadis yang baru selesai menjalani studi tingkat SMA itu kelihatan begitu cekatan dengan mesin manual dari kayu yang dinamakan sustel. Kedua tangan dan kakinya bergerak sigap diiringi suara sustel yang saling bergesekan saat digerakkan untuk merajut ulos.

Bagi Dora, profesi itu ia lakoni sebagai pekerjaan di usia mudanya. Bukan hanya Dora, tapi masih ada sejumlah rekan di tempatnya bekerja di UD Parna Ulos, milik pengusaha Mangarti Sigalingging. Semakin banyak hasil kerjanya, maka akan semakin banyak pula penghasilan yang ia dapat.

UD Parna Ulos, mempekerjakan 50 orang. Mereka mulai dari pemintal benang, hingga partonun. Produksinya, berbagai macam jenis ulos batak, selendang, songket, dan sarung dengan berbagai motif. “Hasilnya, dipasarkan untuk kebutuhan lokal hingga keluar daerah seperti ke pulau Jawa,” ujar Mangartis Sigalingging. (vit)

Berikan Saran dan Informasi anda di Situs Nababan ini ....terimakasih

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.